Klik Mom's Love (English Poem Collection) untuk versi E-Book.
Senin, 07 September 2020
Kamis, 03 September 2020
Strategi SAWER dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Jarak Jauh
IMPLEMENTASI
STRATEGI “SAWER”
DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS JARAK JAUH
Ni Made Wahyu Supraba Wathi
SMA Negeri 1 Kubu
wahyusuprabawathi@gmail.com
Abstract
This research aimed at finding out the
improvement of speaking skill and students’ response of class X MIPA 1 SMA
Negeri 1 Kubu in the academic year 2020/2021 through the implementation of
SAWER strategy in English distance learning. This was a Best Practice research. The subject of this reaserach was class X
MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu in the academic year 2020/2021 with 30 students
consisting of 29 students joining online learning and 1 student joining offline
learning. The data of speaking skill were collected and analyzed by using descriptive analysis. Meanwhile, students’
responses were gained through Google Form
questionnaire and then analyzed descriptively. The results showed that the
students’ speaking skill improved from the average score 70.83 with classical completeness
76.67% at the first activity to 82.17 with classical completeness 100% at the
second activity. The students’ response of class X MIPA 1 SMAN 1 Kubu towards
the implementation of SAWER strategy in English distance learning were
categorized positive with the average
response 39.37. Those results proved that the English distance learning through
the implementation of SAWER strategy can be recommended as the strategy of
Englsh distance learning.
Keywords: Distance Learning, speaking skill, SAWER Strategy
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan berbicara dan respon siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1
Kubu tahun ajaran 2020/2021 melalui implementasi strategi SAWER dalam
pembelajaran Bahasa Inggris jarak jauh. Jenis
penelitian ini adalah penelitian best practice. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA
1 SMAN 1 Kubu Semester 1 Tahun Pelajaran 2020/2021 sebanyak 30 orang dengan rincian 29
orang mengikuti
pembelajaran daring dan 1 orang pembelajaran
luring. Data tes keterampilan berbicara dikumpulkan dan dianalisis
menggunakan analisis deskriptif dan respon siswa dikumpulkan
melalui angket
Google form. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil
pelaksanaan pembelajaran menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa
meningkat dari rata-rata nilai keterampilan bicara sebesar 70,83 dan ketuntasan
klasikal 76,67% pada kegiatan I menjadi sebesar 82,17 dan ketuntasan klasikal
100% pada kegiatan pembelajaran II. Respon siswa kelas X MIPA 1 terhadap
penerapan strategi SAWER dalam pembelajaran Bahasa Inggris jarak jauh berada pada kategori Positif dengan rata-rata respon sebesar
39,37. Semua hasil tersebut merupakan bukti bahwa pembelajaran Bahasa Inggris jarak
jauh melalui implementasi strategi SAWER dapat direkomendasikan sebagai
strategi pembelajaran bahasa Inggris jarak jauh.
Kata Kunci: Pembelajaran Jarak Jauh, Keterampilan berbicara, Strategi
SAWER
PENDAHULUAN
Wajah
pendidikan Indonesia berubah drastis ketika pandemi Covid-19 mulai mewabah
sejak awal Pebruari tahun ini. Perubahan sistem pendidikan yang mendadak sontak
membuat para insan pendidikan terutama guru kalang kabut dalam menghadapi
perubahan ini. Sistem pendidikan yang sebelumnya
terstruktur dengan metode tatap muka, harus ditransformasi menjadi pembelajaran
jarak jauh yang diistilahkan dengan BDR (Belajar Dari Rumah). Segala proses
pelaksanaan pembelajaran harus dilaksanakan secara daring (online) demi memutus
mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Melihat
situasi yang demikian, pemerintah sangat perlu mengambil kebijakan dalam
menghadapi kondisi darurat wabah Covid-19 tersebut. Hal tersebut telah
dibuktikan dengan adanya Surat Edaran Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Corona virus Disease (Covid-19).
Ada tiga prinsip kebijakan yang diambil terkait pembelajaran daring. Pertama,
pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberi pengalaman belajar
yang bermakna tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
Kedua, pembelajaran difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup. Ketiga,
aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa sesuai minat dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjanagan akses/fasilitas
belajar di rumah.
Namun
demikian, penerapan kebijakan tersebut tidak terlepas dari kendala yang
dihadapi guru maupun siswa. Diantaranya, akses internet yang tidak semua bisa
dijangkau oleh siswa dan juga faktor ekonomi dalam mendukung kebijakan ini.
Mereka memiliki fasilitas gawai (gadget) tapi tidak mampu untuk membeli kuota
secara terus menerus. Kendala-kendala seperti ini kami alami di sekolah kami
yang berada di kecamatan Kubu, Karangasem, Bali. Beberapa wilayah di tempat ini
tidak bisa diakses oleh layanan internet dan juga masyarakat di daerah ini berada
dalam golongon ekonomi menengah ke bawah
Di
samping kedua kendala tersebut, adanya keterbatasan kompetensi guru dalam
pemanfaatan aplikasi pembelajaran daring juga sangat berpengaruh dalam
efektifitas pembelajaran jarak jauh. Di sinilah para guru dituntut untuk
meningkatkan kompetensinya terutama di bidang teknologi agar bisa memberikan
layanan pembelajaran jarak jauh yang optimal. Sebagaimana yang dituntut dalam
pedoman pembelajaran dari rumah, guru harus mampu memberikan pengalaman belajar
yang baru dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru dituntut
untuk bisa mendesain pembelajaran daring dengan menggunakan metode atau variasi
pembelajaran dengan menggunakan platform-platform pembelajaran daring yang
tersedia. Dengan berbagai strategi atau variasi dalam pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh yang ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna,
siswa bisa senang, antusias dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
Terkait
dengan implementasi kebijakan pembelajaran jarak jauh yang berprinsip pada
pembelajaran yang bermakna dan memberikan kecapakan hidup bagi peserta didik,
guru di masing-masing mata pelajaran diharapkan mampu mengelola pembelajaran
yang bermakna dan kontekstual yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa.
Salah satunya, dalam mata pelajaran bahasa Inggris, guru harus mampu mendesain
pembelajaran bermakna dengan mengutamakan keterampilan produktif berbicara.
Dalam kondisi normal pembelajaran tatap muka di sekolah, keterampilan berbicara
bahasa Inggris siswa tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya dari motivasi siswa itu sendiri dan juga dari metode yang
diterapakan oleh guru.
Untuk
menyesuaikan dengan konteks di atas dan dalam rangka menciptakan proses
pembelajaran jarak jauh yang bermakna dan menyenangkan untuk siswa, penulis
menformulasikan sebuah strategi pembelajaran jarak jauh yang mengedepankan
peningkatan keterampilan berbicara bahasa Inggris. Strategi itu adalah strategi
SAWER yang merupakan akronim dari Stimulating, Acting, Wrapping-up, Expressing, dan Re-expressing. Strategi ini sudah diimplementasikan sejak awal tahun
ajaran baru 2020/2021 dan terbukti mampu menarik motivasi dan keantusiasan
siswa dalam mengikuti pembelajaran dari rumah.
Berlatar
belakang dari paparan tersebut di atas, adapun rumusan masalah dari penelitian Best Practice ini yaitu 1) Apakah
implementasi strategi SAWER dalam pembelajaran jarak jauh dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran
2020/2021?, 2) Bagaimanakah respon siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu tahun
pelajaran 2020/2021 terhadap implementasi strategi SAWER dalam pembelajaran
bahasa Inggris jarak jauh?
Tujuan
dari penelitian ini yaitu 1) Untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berbicara siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2020/2021
melalui penerapan strategi SAWER dalam pembelajaran jarak jauh dan 2) Untuk
mengetahui respon siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran
2020/2021 terhadap penerapan strategi SAWER dalam pembelajaran bahasa Inggris
jarak jauh.
KAJIAN PUSTAKA
Di
era digitalisasi saat ini, sistem pendidikan yang serta-merta berubah akibat
penyebaran Covid-19 bisa dipastikan berjalan dengan efektif dan efisien karena
menggunakan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Terlepas dari semua kendala
yang muncul saat pelaksanaan sistem ini, guru harus mampu mengelola
pembelajaran dengan kreativitas dan inovasinya agar pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh dapat bejalan dengan efektif. Dogmen (dalam Munir, 2009:22)
menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang menekankan
pada cara belajar mandiri (self study).
Belajar mandiri diorganisasikan secara sistematis dalam menyajikan materi
pembelajaran, pemberian bimbingan kepada pembelajar, dan pengawasan untuk
keberhasilan belajar pembelajar. Sementara, Munir (2009:18) menyatakan bahwa
pembelajaran jarak jauh adalah ketika proses pembelajaran tidak terjadinya
kontak dalam bentuk tatap muka langsung antara pengajar dan pembelajar.
Komunikasi berlangsung dua arah yang dijembatani dengan media seperti komputer,
televisi, radio, telepon, internet, video dan sebagainya.
Berbicara (speaking)
adalah perbuatan menghasilkan
bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi ini
dimaksudkan agar pembicara
dan pendengar dapat
memahami maksud pembicaraan.
Dalam proses komunikasi inilah terjadi interaksi antara pembicara dan
pendengar. Berbicara pada hakikatnya
merupakan suatu proses
komunikasi sebab di
dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain
(Haryadi dan Zamzami, 1997: 54). Lebih lanjut, Henry Guntur Tarigan (1983:15)
mengatakan bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif lisan. Dikatakan produktif lisan, karena dalam kegiatan ini
orang yang berbicara
(pembicara) dituntut dapat
menghasilkan paparan secara lisan yang merupakan cerminan dari
gagasan, perasaan, dan pikirannya. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologi, neurologist,
semantic, dan linguistic
sedemikian rupa sehingga
dapat dianggap sebagai
alat kontrol sosial (Henry Guntur Tarigan, 1983:16).
SAWER
merupakan strategi pembelajaran yang didesain penulis untuk mendukung pembelajaran jarak jauh.
Strategi ini merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan empat
keterampilan bahasa yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Walaupun mengintegrasikan empat keterampilan bahasa, hasil akhir
(outcome) pembelajaran lebih ditekankan pada keterampilan berbicara. Hal ini
disebabkan karena penulis lebih menfokuskan pada pengembangan dan peningkatan
kemampuan berbicara/komunikasi bahasa Inggris selama siswa mengikuti
pembelajaran dari rumah. Secara terperinci langkah-langkah dalam strategi SAWER
yang merupakan akronim dari Stimulating,
Acting, Wrapping-up, Expressing,
dan Re-expressing diuraikan dalam penjelasan
berikut.
Langkah
pertama yaitu Stimulating (menstimulasi).
Ini merupakan langkah awal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang mana
siswa distimulasi/dirangsang untuk menumbuhkan motivasi dan konsentrasi belajar
mereka. Stimulus yang diberikan guru dalam bentuk variasi media seperti gambar,
video, musik ataupun film pendek. Dengan stimulus yang diberikan kepada siswa,
materi yang disajikan bisa menarik perhatian dan minat mereka dalam mengikuti
pembelajaran. Di sini, penulis menstimulasi siswa dengan menyuguhkan berbagai
video pembelajaran dalam bentuk animasi. Video pembelajaran animasi tersebut
didesain sendiri oleh penulis lewat channel YouTube yang dimilikinya dan
disesuaikan dengan indikator kompetensi yang ingin dicapai di akhir
pembelajaran. Setelah siswa menonton video yang diberikan, pemahaman mereka tehadap
materi akan dicek/dites melalui game
(permainan) pembelajaran secara online.
Penulis memanfaatkan aplikasi game
berbasis web yang disebut dengan Wordwall. Ringkasnya, teknik stimulasi yang diberikan
guru dalam tahap pertama ini yaitu dengan video dan game (permainan).
Langkah
kedua yakni Acting (memperagakan).
Akting yang dimaksud di sini adalah siswa memperagakan atau mempertunjukkan apa
yang ditayangkan dalam video pembelajaran yang telah mereka tonton sebelumnya.
Siswa diharapkan mampu untuk menampilkan baik secara monolog maupun dialog apa
yang telah mereka pelajari. Dengan kata lain, siswa meniru atau mencontoh
ungkapan-ungkapan/ekspresi/ekspresi yang digunakan dalam video. Dengan
menampilkan sesuatu, ini akan memudahkan siswa untuk lebih kreatif dalam
memahami materi. Dan bagi guru, untuk
melihat aktivitas mereka dalam menampilkan akting mereka, guru bisa mengadakan
tatap muka virtual melalui aplikasi konferensi seperti Zoom, Google Meet,
ataupun Webex. Dengan demikian, guru
bisa memantau sejauh mana partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
daring.
Langkah
ketiga adalah Wrapping-up (menyimpulkan). Siswa
menyimpulkan (wrap) materi apa yang
telah mereka pelajari. Pada awal pembelajaran, siswa diberikan video dan tanpa
disadari mereka membaca materi dan mencatat bagian-bagian penting. Setelah
siswa berusaha untuk memperagakan materi dalam bentuk dialog atau monolog,
mereka harus membuat catatan-catatan penting dalam bentuk simpulan/resume untuk memperkuat daya ingat
mereka terhadap materi yang dibahas. Keterampilan menyimpulkan merupakan salah
satu aspek keterampilan berpikir kritis karena menuntut siswa unuk mampu
menguraikan dan menjelaskan hal-hal penting dengan gaya bahasa mereka.
Langkah
keempat adalah Expressing (mengekspresikan/mengungkapkan).
Setelah apa yang siswa susun dalam bentuk rangkuman/kesimpulan atau
mengelompokkan beberapa ekspresi yang dipakai dalam suatu monolog/dialog,
mereka akan mengekspresikan/mengkomunikasikan topik/pokok bahasan dalam bentuk
presentasi monolog/dialog. Di tahap ini siswa diberikan situasi tertentu.
Selanjutnya, mereka akan menyusunnya dalam bentuk monolog/dialog dan
menampilkannya pada temannya terlebih dahulu. Hal ini perlu dilakukan unttuk
mendapatkan masukan dan perbaikan minimal dari seorang teman. Mereka bisa
saling bertukar ide/gagasan agar bisa tampil lebih sempurna. Karena saat ini
menjalani pembelajaran jarak jauh, komunikasi antar siswa dilakukan melalui
aplikasi whatsapp.
Langkah
terakhir yaitu Re-expessing (mengekspresikan
kembali). Pada tahap akhir ini, siswa mempresentasikan monolog/dialog yang
sebelumnya telah mendapat masukan dari temannya dalam bentuk video. Pada
langkah inilah, siswa akan berkreasi membuat video presentasi dalam bentuk
monolog/dialog. Setelah mereka berhasil membuat video presentasi, selanjutnya
mereka akan mengunggahnya ke platform pembelajaran daring Google Classroom untuk dilihat dan dinilai oleh guru. Selain
diunggah ke Google Classroom, mereka
diwajibkan untuk mengunggahnya di media sosial yang mereka punya seperti Facebook atau Instagram. Di sinilah kreativitas dan inovasi siswa akan terlihat.
Selain itu, untuk mengapresiasi dan mendokumentasikan karya terbaik siswa, guru
akan memilih satu atau dua orang siswa dari masing-masing kelas yang telah
berhasil menyuguhkan video presentasi yang menarik dan komunikatif.
Selanjutnya, akan diedit dan diunggah di channel YouTube penulis sebagai
bahan/materi ajar guru untuk pembelajaran selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian Best Practice.
Strategi yang digunakan adalah strategi SAWER dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Langkah-langkah yang dilaksanakan berupa persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pada
tahap persiapan, penulis memetakan kondisi siswa dalam
hal ketersediaan sarana seperti kepemilikan perangkat seperti gawai
(smartphone), siswa dengan wilayah yang sulit dijangkau oleh akses intenet dan
juga kemampuan ekonomi orang tua siswa yang tergolong rendah sehingga siswa
tersebut tidak mampu untuk membeli kuota.
Setelah
itu, dalam tahap pelaksanaan, adapun prosedur yang dijalankan
untuk hal tersebut yaitu (1) Siswa yang tidak memiliki kendala dalam mengikuti
pembelajaran daring jarak jauh seperti memiliki fasilitas smartphone, tidak terkendala dengan jangkauan internet dan juga
mampu membeli paket/kuota internet, mereka akan diarahkan untuk masuk ke dalam
sistem pengelolaan pembelajaran daring yang dikenal dengan platform Google Classroom. (2) Siswa yang tidak
bisa mengikuti pembelajaran daring karena terkendala tidak memiliki smartphone ataupun memiliki smartphone namun tidak mampu membeli
kuota terus-menerus dan daerahnya sulit/tidak bisa dijangkau sinyal internet,
mereka mengikuti pembelajaran secara luring. Guru menyediakan layanan belajar
dengan mempersiapkan materi dan lembar kerja siswa secara manual. Siswa-siswa
tersebut diminta untuk datang ke sekolah tiap hari Jumat untuk menerima materi
dan tugas yang harus mereka kerjakan. Selanjutnya, (3) Jika ada siswa yang sama
sekali tidak ada konfirmasi apakah mereka bisa mengikuti pembelajaran daring
atau tidak karena kendala tertentu, data siswa tersebut akan diserahkan ke BK
dan kesiswaan untuk ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan rumah (home visit). Jika diketahui siswa
tersebut terkendala sinyal ataupun kuota internet, siswa tersebut diikutkan
dalam pembelajaran luring.
Selanjutnya, kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan strategi SAWER dalam pembelajaran jarak jauh bagi siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1
Kubu pada tahun pelajaran 2020/2021, tepatnya pada semester I berlangsung
selama 6 minggu yaitu dari pertengahan bulan Juli sampai dengan akhir Agustus
2020. Penulis menggunakan satu KD yakni KD 4.1 dengan materi tentang Self-Introduction (Perkenalan diri). Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan terhadap seluruh kelas X MIPA 1 yang berjumlah 30
siswa dengan rincian 29 siswa bisa mengikuti daring dan 1 orang siswa mengikuti
pembelajaran luring. Tahap evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan kegiatan belajar siswa yang diikuti dari rumah. Evaluasi dilaksanakan sebagai
acuan kurikulum yang berlaku di SMA Negeri 1 Kubu yang mana KKM siswa kelas X
untuk mata pelajaran bahasa Inggris > 67 dengan ketuntasan klasikal >
85%.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berbicara siswa mengacu pada empat aspek yaitu, (1) Grammar dan Vocabulary (Leksikogramatika); (2) Manajemen Wacana; (3) Ucapan dan Intonasi; (4) Ekspresi dan penampilan. Guru dapat mengetahui kemampuan berbicara siswa apakah berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan atau kurang.
Tabel 1. Konversi Penilaian
Keterampilan Berbicara
No |
Kategori |
Rentang Nilai |
1. 2. 3. 4. |
Sangat baik (A) Baik (B) Cukup baik (C) Kurang baik (K) |
85 – 100 70 – 84 55 – 69 0 – 54 |
Setelah didapatkan
nilai siswa selanjutnya ditentukan nilai rata-rata keterampilan berbicara.
Semua data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Untuk
mengetagui respons siswa terhadap implementasi strategi SAWER, penulis
menggunakan angket skala Likert. Respon siswa terhadap penerapan strategi SAWER
dalam pembelajaran jarak jauh diamati dengan pengisian angket online
dengan google form bagi siswa yang mengikuti pembelajaran daring,
sedangkan bagi siswa yang mengikuti pembelajaran luring diberikan print out
yang diberikan langsung ke siswa. Angket respon siswa ini berisikan 10
pertanyaan. Penggolongan respon siswa, ditetapkan berdasarkan kriteria
seperti Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria Penggolongan Respon Siswa
Kriteria |
Kategori |
41 – 50 |
Sangat Positif |
31 – 40 |
Positif |
21 – 30 |
Cukup Positif |
11 – 20 |
Kurang Positif |
1 – 10 |
Sangat Kurang Positif |
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Strategi SAWER
yang diterapkan selama pembelajaran jarak jauh berlangsung selama enam minggu
dari pertengahan bulan Juli sampai akhir bulan Agustus. Rangkaian pembelajaran
dilaksanakan dalam 4 kali tatap muka dan 2 kali
pemberian tes yang dirancang dalam 2 rangkaian kegiatan pembelajaran. Adapun
hasil yang diperoleh yaitu.
Keterampilan Berbicara siswa
Dari penerapan strategi tersebut,
penulis mendapatkan hasil yang cukup signifikan, di mana setelah rangkaian
kegiatan pembelajaran I berlangsung, siswa mampu mencapai nilai rata-rata 70,83
yang berada pada kategori Baik
dengan ketuntasan klasikal 76,67%. Dari pencapaian ini, siswa mampu melampui
KKM yang ditentukan sekolah yakni > 67, tetapi belum mampu mencapai
ketuntasan klasikal > 85%. Hal ini disebabkan karena masih ada
beberapa siswa yang belum berhasil mempresentasikan monolog mereka sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan, seperti pemahaman terhadap materi, pelafalan
dan intonasi serta ekspresi yang ditampilakan. Sebagian besar, beberapa dari
mereka masih belum bisa mengucapkan kata/ungkapan yang benar disertai dengan
pemahaman dari konten materi yang juga masih kurang sehingga monolog yang
ditampilkan tidak optimal.
Dari kendala yang
ditemui pada kegiatan pembelajaran I, penulis merasa perlu untuk kembali
menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan strategi yang diterapkan
penulis, seperti pada tahap stimulasi. Di samping itu, penulis juga harus
memberikan instruksi/pedoman yang jelas pada awal pembelajaran tentang komponen
keterampilan berbicara yang akan dinilai penulis. Dengan
malakukan modifiksi tersebut, setelah rangkaian kegiatan pembelajaran II
berlangsung, siswa mampu meningkatkan keterampilan berbicaranya dengan
signifikan yaitu sebesar 14% dengan mencapai nilai rata-rata 82,17 dan berada
pada kategori Baik dengan ketuntasan
klasikal 100%. Secara rinci perbandingan hasil pembelajaran dengan strategi
SAWER ditampilkan dalam tabel berikut.
Tabel 3. Perbandingan Hasil Keterampilan Berbicara
Kriteria |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
||
Kegiatan I |
Kegiatan II |
Kegiatan I |
Kegiatan II |
||
85 - 100 |
Sangat Baik |
0 |
10 |
0% |
33% |
70 - 84 |
Baik |
20 |
20 |
77% |
77% |
55 - 70 |
Cukup |
10 |
0 |
33% |
0% |
0 - 54 |
Kurang |
0 |
0 |
0% |
0% |
Rata-rata |
70,83 |
82,17 |
|
|
|
Ketuntasan Klasikal |
76,67% |
100% |
|
|
|
Kategori |
B |
B |
|
|
Berdasarkan
hasil yang disajikan dalam tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran dengan strategi SAWER dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 1 Kubu tahun pelajaran 2020/2021. Peningkatan
ini terlihat dari pencapaian pada kegiatan I, yang mana masih terdapat 10 siswa
yang berada pada kategori Cukup dan
20 siswa pada kategori Baik. Namun
pada kegiatan II sudah tidak terdapat lagi siswa dengan kategori Cukup, melainkan terdapat 20 siswa dengan kategori Baik dan bahkan 10 siswa berada pada kategori Sangat Baik.
Respon
Siswa Terhadap Penerapan strategi SAWER
Untuk
mengetahui lebih lanjut bagaimana respon siswa terhadap penerapan strategi
SAWER selama pembelajaran jarak jauh, maka penulis memberikan angket online yang berbasis google form bagi siswa yang mengikuti
pembelajaran moda daring dan angket manual bagi siswa yang mengukuti
pembelajaran luring. Hasil rekapitulasi respon siswa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4. Rekapitulasi Respon Siswa
Kelas |
Rata-Rata Respon |
Kategori |
X
MIPA 1 |
39,37 |
Positif |
Berdasarkan
tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata respon siswa terhadap penerapan strategi
SAWER dalam pembelajaran jarak jauh berada pada kategori Positif dengan rata-rata respon sebesar 39,37.
Secara rinci data persentase respon
siswa terhadap penerapan strategi SAWER dapat dilihat pada Grafik 1.
Gambar
1. Grafik Respon Siswa Terhadap Penerapan strategi SAWER
Dari
grafik di atas terlihat jelas bahwa ada 10,00 % siswa memberikan respon yang
cukup positif, 53,33% memberikan respon positif dan 36,67% menunjukkan respon
yang sangat positif. Sedangkan, siswa sama sekali tidak menunjukkan respon
kurang positif atau sangat kurang positif. Hal ini mengindikasikan bahwa
strategi SAWER yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran jarak jauh
terbukti mampu menumbuhkan motivasi dan daya tarik siswa untuk belajar meskipun
dari rumah. Penulis juga mampu mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna dan
kontekstual di mana siswa bisa meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Inggris mereka di tengah pandemi Covid-19.
Dari
data yang ditemukan, penulis menyimpulkan bahwa meskipun siswa mengalami
perubahan dalam menjalani proses pembelajaran dari tatap muka menjadi
pembelajaran jarak jauh, prestasi/keterampilan siswa dalam meningkatkan
kemampuannya berbahasa Inggris telah mampu tercapai dan menunjukkan respon yang
positif terhadap strategi pembelajaran jarak jauh yang diterapkan penulis. Hal
tersebut disebabkan karena penulis berusaha mendesain kegiatan pembelajaran
yang mampu menarik fokus/perhatian dan motivasi siswa untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran jarak jauh ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data yang
diperoleh penulis selama melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan strategi
SAWER dalam pembelajaran jarak jauh, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu
(1) Siswa mampu meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Inggris dan terbukti
dengan memenuhi KKM yang ditetapkan pada kurikulum SMA Negeri 1 Kubu walaupun
siswa kelas X MIPA 1 harus belajar Bahasa Inggris jarak jauh dari rumah dengan menerapkan strategi SAWER, (2)
Siswa kelas X MIPA 1 memberikan respon positif terhadap pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Inggris jarak jauh dengan menerapkan strategi SAWER.
Berdasarkan
pengalaman penulis selama melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris jarak jauh
ini, ada beberapa saran atau rekomendasi yang dapat disampaikan, yaitu (1) Kreativitas
dan inovasi guru dalam mendesain strategi pembelajaran jarak jauh harus terus
dikembangkan untuk menumbuhkan motivasi dan partisipasi aktif siswa selama
mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. (2) Pembelajaran jarak jauh dengan
menerapkan strategi SAWER bisa diimplementasikan untuk semua mata pelajaran
khususnya pelajaran bahasa sebagai upaya menumbuhkan dan mempertahankan
prestasi/kemampuan belajar siswa di masa pandemi Covid-19. Akan tetapi, harus disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi yang akan dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
……………
(2020). Surat Edaran Mendikbud Nomor 4
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Covid-19.Jakarta: Kemendikbud.
…………...
(2020). Surat Edaran Sekjen Kemendikbud
Nomor 15 Tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam
masa darurat penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19). Jakarta:
Kemendikbud.
Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Kominukasi.
Bandung: Alfabeta. (on line) http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-MUNIR/BUKU/PEMBELAJARAN%20JARAK%20JAUH%20BERBASIS%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI%20%28TIK%29.pdf (Diakses pada tanggal 5 Juli 2020)
Tarigan, Henry Guntur.
(1983). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
-
LITERASI BALITAL II TP 2024/2025 Silakan klik judul berikut untuk melihat materi (bahan bacaan) KUMPULAN PUISI KUMPULAN CERPEN TUGAS: S...
-
LITERASI BALITAL III TP 2023/2024 Silakan baca pilihan artikel/berita berikut: 1. Seputar wisatawan di Bali 2. Keamanan menjelang pilpres...
-
LITERASI BALITAL I TP 2024/2025 Serba-Serbi IKN menuju Puncak Peringatan HUT ke-79 RI Silakan berselancar di dunia IKN (Ibu Kota Nusantar...