Minggu, 18 Februari 2024

Lukisan Kisah Masa Kecilku

 Lukisan Kisah Masa Kecilku 

Penuh sukacita 



  1. Berlomba ngambil air di sungai 
  2. Memberi makan babi 
  3. Ke pasar pagi-pagi buta beli tempe tahu 
  4. Berkeliling tegalan mencari buah asem untuk dijual 
  5. Bermain di pancuran rumah saat hujan lebat 
  6. Ikut ke sawah bersama kakek 
  7. Ke tetangga bayar uang tabungan
  8. Ke pura bawa nasi pangkon malu-malu 
  9. Ikut sepupu latihan nari 
  10. Mandi sambil bermain di sungai dengan bendungan 
  11. Ngumpulin nasi sisa kering untuk dijual 
  12. Bekerja nyabut uban kakek 
  13. Menabung di celengan
  14. Panen jagung dan mentimun di sawah 
  15. Manggang ubi kecil-kecil di tegalan 
  16. Saling tukar boneka
  17. Sering dibully
  18. Diajak kakek ke sawah 
  19. Mencari pasir pagi-pagi buta 
  20. Menginap di rumah kakek-nenek 
  21. Bersepeda santai 
  22. Bermain umpet-umpetan 
  23. Bermain pelosotan di gundukan tanah 
  24. Bermain kartu saat liburan sekolah 
  25. Bermain cinglak dan congklak 
  26. Bermain engklek
  27. Bermain selodor-selodoran 


Berlomba Ngambil Air di Sungai 



Menjelang sore dan biasanya menunjukkan pukul 4, aku sudah mulai terbangun dari tidur siang. Waktunya untuk bersiap-siap menuruni jalan bebatuan untuk menuju ke sungai, ehm, tepatnya bendungan tempat mengambil air. Aku mengambil ember plastik warna hitam berukuran tanggung yang mampu untuk dibawa oleh anak perempuan berumur sekitar 9 tahun. Sepupuku, Susri, juga terbiasa untuk melakukan hal yang seperti aku lakukan di tiap sore. Mengambil air di sungai untuk menyiram bunga dan halaman. Setelah itu, menyapu halaman yang sudah disiram sebelumnya. 

Kami menjadikan ini sebagai sebuah kebiasaan yang sama setiap sore, yaitu mengambil air di sungai dan di bendungan yang terletak tak jauh dari rumah kami. Sungai itu mengalir tenang di antara pepohonan hijau, sedangkan bendungan terbuat dari batu-batu besar dengan tangga-tangga yang memudahkan akses ke air.

Setiap sore, setelah pulang sekolah dan istirahat siang, aku dan sepupuku membawa ember plastik menuju ke sungai. Kadang berjalan bersama ataupun berjalan sendirian ke sungai. Biasanya kami berjana bersama, berbicara dan tertawa-tawa di sepanjang perjalanan, menikmati kebersamaan kami. Begitu sampai di sungai, kami dengan lincah mengambil air menggunakan ember plastik, berhati-hati agar tidak memercikkan air ke luar ember dan karena harus menaiki tangga batu untuk mengambil air. 

Setelah ember-ember kami penuh, kami membawa ember tersebut di atas kepala kami dengan cerdik agar tidak tumpah melewati jalan menanjak dan bebatuan. Terlihat kami memang sudah terlatih melakukan hal ini, sehingga mampu menjaga keseimbangan tanpa tumpah sedikit pun. Dengan hati-hati, kami berjalan kembali ke rumah mereka sambil mengobrol dan tertawa.

Sesampainya di rumah, kami langsung menuju ke halaman belakang dan menyiram bunga serta tanaman di sekitar rumah. Halaman rumah kami full tanah, jadi sebelum menyapu, ya harus disiram dulu biar debu tidak berterbangan. 

Terlepas dari kegiatan bersama mengambil air, di kala kami tidak sedang berada pada suasana hati yang ceria dan menyenangkan, terkadang kami bisa berlomba untuk mengambil air di sungai, siapa yang paling cepat dan paling banyak membawa ember yang sudah berisi air. Jika aku melebihi apa yang dilakukan oleh sepupuku, aku akan merasa puas dan bangga bahwa aku dapat mengalahkan sepupuku, Susri. Meskipun demikian, kami merasa senang dapat mengambil air di sungai dan menyiram bunga serta halaman rumah. 



Memberi Makan Babi 



Setiap hari setelah pulang sekolah, aku selalu menyempatkan diri untuk membantu mamaknya di kandang babi mereka. Mamaknya adalah seorang penjahit terampil yang selalu sibuk dengan pesanan jahitannya. Karena kesibukan itu, aku yang ceria dengan sukarela membantunya untuk memberi makan babi-babinya yang lucu. 

Dia terlebih dahulu menyiapkan makanan babi yang berupa 'dedag' yang merupakan olahan daun ketela/singkong yang sudah dipotong kecil-kecil agar lebih mudah dikonsumsi babi. 'Dedag' ini merupakan makanan pokok untuk babi yang bisa diberikan langsung atau perlu proses perebusan. Selain itu, ada pula ditambahkan 'oot' yang berupa campuran serbuk/tepung organik sisa-sisa penggilingan beras/jangung sebagai salah satu sumber nutrisi untuk babi. Aku menempatkan pakan babi tersebut pada ember khusus untuk itu. Di samping ember untuk pakan, ember lain juga disediakan sebagai tempat air yang digunakan untuk memandikan babi. 

Wah, senangnya hatiku ketika melihat binatang-binatang peliharannku makan dengan lahap dan saling berlomba dengan saudaranya. Aku membutuhkan kurang lebih 30 menit untuk kegiatan tersebut karena tidak hanya memberikan pakan, tapi juga harus memandikan babi-babi tersebut agar terlihat sehat dan segar. Tak jarang juga, aku mengelus-ngelus kepala dan badannya karena lumayan jinak dan nampaknya mereka juga suka dengan sentuhan-sentuhan lembutku. 

Di areal kandang tersebut, ada tiga buah kandang. Kandang mamakku ada di paling timur, paling tengah kandang milik bibiku, mek Ar, dan yang paling barat kandang babi milik bibiku yang paling kecil, bik Ning. Jadi, karena letaknya berdampingan dalam satu leret, ketika waktunya untuk memberi makan babi, ya rame lah, apalagi sepupuku yang bernama Susri juga terkadang berbarengan melakukan aktivitas seperti ini. 

Pada saatnya babi mamakku melahirkan dan punya banyak bayi bayi, senanglah hati kami karena itu merupakan sumber rejeki bagi kami. Aku pun bersemangat untuk merawat dan mengamati proses pertumbuhannya. Jika sudah besar dan sudah bisa makan, mamakku menawarkan anak-anak babinya tersebut untuk dijual ke tetangga ataupun ke pembeli langsung. Harga jual yang jantan lebih tinggi dari yang betina, apa sebabnya ya..? Aku kurang tau, mungkin saja pertumbuhan fisiknya lebih besar dari yang betina. Jika sudah berhasil terjual, tentunya mamakku memberiku tambahan uang jajan yang mungkin saja sebagai upah selama aku membantunya, he...he. 

Ya, begitulah kisah aku bersama hewan peliharaanku di rumah. Aku sungguh senang menikmati prosesnya. Aku telah belajar arti kerja keras dan tanggung jawab. Aku telah bisa menyisihkan waktu dari kegiatan biasa anak-anaknya untuk membantu ibu dan merawat hewan-hewan peliharaan dengan dengan tekun. Aku juga bisa menunjukkan betapa pentingnya untuk memperlakukan hewan dengan kasih sayang dan perhatian. Aku berusaha meluangkan waktu dan usahaku untuk merawat babi-babi tersebut dengan penuh cinta, menunjukkan bahwa semua makhluk hidup pantas mendapat perlakuan yang baik.