Modul 1. Pengembangan TP dan ATP dalam Pembelajaran Teks Naratif
1.1 Mulai Dari Diri
1. Hal apa saja yang biasa Bapak/Ibu lakukan dalam
membuka pelajaran dan jelaskan tujuan pada setiap tahapnya?
Hal-hal
yang biasa saya lakukan saat membuka pelajaran adalah:
1). Memberi salam dan menyapa
siswa dengan tujuan untuk menciptakan suasana kelas yang akrab dan
menyenangkan.
4). Mengaitkan
pembelajaran dengan pengetahuan sebelumnya atau mengaitkan materi baru dengan
pengetahuan atau pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh siswa. Tujuannya
adalah untuk memperkuat pemahaman dan membangun landasan yang kokoh untuk
pembelajaran selanjutnya.
5). Menyampaikan
agenda/rencana pelajaran: Guru memberikan gambaran yang mencakup topik yang
akan dibahas, kegiatan yang akan dilakukan, dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Tujuannya adalah untuk memberikan arah yang jelas kepada siswa tentang
apa yang akan dilakukan selama pelajaran tersebut.
2. Apa yang
terjadi saat mengajar, jika Bapak/Ibu tidak merencanakan pembelajaran dengan
baik? Pada saat mengajar, jika saya tidak merencanakan pembelajaran dengan baik
maka akan terjadi situasi berikut:
1). Kegiatan
Pembelajaran menjadi Tidak Terstruktur. Siswa tidak memiliki arah yang jelas
atau tujuan yang spesifik dalam proses belajar-mengajar.
2). Tujuan
Pembelajaran tidak tercapai. Jika guru tidak merencanakan pembelajarandengan
baik, maka tujuan pembelajaran tidak bisa tercapai secara efektif. Siswa
mungkin tidak memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang diharapkan. Hal ini
berdampak negatif pada kemajuan dan perkembangan mereka dalam pelajaran
tersebut.
3). Siswa
kurang terlibat dalam pembelajaran. Jika pembelajaran tidak direncanakan dengan
baik, siswa mungkin kehilangan minat dan motivasi mereka, karena mereka tidak
menemukan tujuan atau mendapatkan manfaat dari apa yang mereka pelajari.
3. Apakah seluruh aktivitas pembelajaran yang telah
direncanakan di dalam RPP/Lesson Plan bisa Bapak/Ibu laksanakan semuanya dalam
proses pembelajaran di kelas? Jelaskan.
Tidak semua
aktivitas pembelajaran yang telah direncanakan di dalam RPP bisa dilaksanakan
di kelas. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa kondisi seperti:
1). Waktu yang dialokasikan untuk
satu atau beberapa aktivitas pembelajaran dalam RPP terbatas. Tentunya guru
harus mengambil aktivitas pembelajaran yang lebih penting untuk
dilaksanakan.
2). Sarana
dan prasarana yang kurang memadai. Dalam RPP yang sudah disusun, mungkin
memerlukan ketersediaan sumber daya tertentu seperti alat-alat teknologi,
lab/tempat praktik maupun bahan/alat pembelajaran yang mendukung pembelajaran.
Namun, realitanya, sumber daya yang diperlukan tersebut tidak tersedia ataupun
jumlahnya terbatas sehingga guru perlu menyesuaikan sesuai dengan sumber daya
yang tersedia.
3). Tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran berbeda-beda. Setiap siswa memiliki kecepatan dan kemampuan belajar yang berbeda. Jika siswa menemui kesulitan dalam memahami materi, guru mungkin perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengulang penjelasan tentang konsep-konsep dasar sebelum beralih ke aktivitas selanjutnya.
Harapan mempelajari modul ini:
1. Apa saja harapan Anda sebagai seorang guru Bahasa Inggris setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul ini, besar harapan saya sebagai
seorang guru bahasa Inggris untuk mampu memetakan pengetahuan awal siswa dan
menyusun ATP sesuai dengan topik pembelajaran.
Kegiatan yang saya harapkan dalam modul ini yakni pembelajaran secara mandiri, sesi diskusi dan kolaborasi dengan rekan dan mendapatkan umpan balik dari narasumber/fasilitator. Materi yang saya harapkan agar bisa diimplementasikan langsung untuk pembelajaran di kelas. Dengan demikian, manfaat yang saya harapkan dalam modul ini yakni saya bisa memetakan pengetahuan awal siswa dan menyusun ATP sesuai dengan topik pembelajaran.
1.2 Eksplorasi Konsep
1. Pemetaan Pengetahuan Awal Siswa
Dalam dunia pedagogi dan asesmen, terdapat banyak teori dan
pendekatan asesmen. Bagian ini menjelaskan konsep asesmen yang dianjurkan dalam
Kurikulum Merdeka. asesmen adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses
pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk mencari bukti ataupun dasar
pertimbangan tentang ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, pendidik
dianjurkan untuk melakukan asesmen-asesmen berikut ini:
- Asesmen
formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses
belajar:
- Asesmen
di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta
didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang
direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena
ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk
keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam
rapor.
- Asesmen
di dalam proses pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran
untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan
balik yang cepat. Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah
kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah
pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif.
- Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.
2. Analisis Capaian Pembelajaran
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD. Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut (fase). Untuk mencapai garis finish, pemerintah membuatnya ke dalam enam etape yang disebut fase. Setiap fase lamanya 1-3 tahun. Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran:
1) Pembelajaran yang fleksibel. Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu periode (misalnya, ketika pembelajaran di masa pandemi COVID-19) sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep. Ketika harus “menggeser” waktu untuk mengajarkan materi-materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih panjang untuk mengaturnya.
2) Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik. Fase belajar seorang peserta didik menunjukkan kompetensinya, sementara kelas menunjukkan kelompok (cohort) berdasarkan usianya. Dengan demikian, ada kemungkinan peserta didik berada di kelas III SD, namun belajar materi pelajaran untuk Fase A (yang umumnya untuk kelas I dan II) karena ia belum tuntas mempelajarinya. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kenaikan kelas yang disampaikan dalam Bab VII (Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan).
3) Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif. Satu fase biasanya lintas kelas, misalnya CP Fase D yang berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX. Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu berkolaborasi dengan guru kelas VII untuk mendapatkan informasi tentang sampai mana proses belajar sudah ditempuh peserta didik di kelas VII. Selanjutnya ia juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas IX untuk menyampaikan bahwa rencana pembelajaran kelas VIII akan berakhir di suatu topik atau materi tertentu, sehingga guru kelas IX dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan informasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar