Kamis, 01 Januari 2026

Jejak Renung di Penutup tahun 2025

 Jejak Renung di Penutup tahun 2025


Tanggal terakhir di bulan Desember, aku tutup layar laptop dengan tarikan napas yang mengalun pelan. Layar ini seolah menutup satu bab dalam lembaran perjalanan selama setahun. Aku menolak berlabel ‘guru yang usang’ di tengah perlawanan yang sengit dalam melawan arus zaman.

Setiap hari aku berada di panggung Gen Z. Dengan keyakinan dan integritas yang tinggi, aku merambat peran ke ruang logika mereka yang terbalut algoritme, yang dunianya berputar secepat scroll di layar TikTok ataupun Instagram. Meskipun penat menyambar dalam varian aplikasi dan web, tercengkram kepuasan batin yang seketika menyebar dalam hati ini tatkala melihat pijar menyala terang di mata para tunas bangsa.

Di celah riuh kelas, aku luangkan waktu untuk menjalin aksara faktual maupun metaforis. Ini caraku menjernihkan atmosfir, menuangkan buah pikiran dalam tulisan pena. Beragam gelanggang kucicipi meski panggung kemenangan masih jauh di awan. Namun, kolaborasi yang apik antara tangan dan ruang nalar tetap terjaga.

Menjelang senja oufit kedinasan kutanggalkan dan siap merajut waktu dalam semesta kecilku bernama keluarga. Di sinilah denyut demi denyut dunia kuarungi. Segalanya luruh tatkala peranku berganti menjadi ‘ibu’ dan ‘istri’.

Memang ragaku ini terlihat satu, tapi dalam jiwa ini bersemayan 3 napas kehidupan. Aku, Radeva putraku dan putu Sara suamiku. Kami adalah trinitas dalam benang cinta. Satu sakit, semua merasa nyeri di dada. Satu tertawa dan ketiganya pun berbinar dengan bibir yang bebas melepaskan canda.

Aku hanya ingin jiwa dan raga semesta kecilku selalu selaras dengan tubuh yang selalu berdamai. Aku paham bahwa harta termahal dan susah dipertahankan adalah kesehatan. Saat sakit menjejaki, udara serasa pengap seketika dan detak jantung keluargaku mulai berdebar kencang.

Tatkala dewasa ayu tertanggal dalam kalender Bali, aku kembali berganti peran. Tenggelam dalam persiapan upacara dan kebaya pun menanti untuk dipakai. Ketika sanak saudara memanggilku dalam tradisi suka duka ‘menyame braye’, aku pun kembali menanggalkan seragam formalku dan hadir dalam kepedulian dan empati. Aku tetap berdiri kuat dan profesional tanpa meninggalkan akar budaya dan tradisi.

Lelah? Jawabnya tentu. Tapi itulah seni keseimbangan di mana aku menari di panggung yang berbeda dan dituntut untuk selalu totalitas sebagai wanita karir, penjaga keluarga dan pewaris tradisi.

Lembar terakhir di buku tahun 2025 aku tutup perlahan, meninggalkan deretan cerita dan kenangan. Tak terasa ada tetesan air mata jatuh tanpa kusadari. Ada halaman yang basah oleh air mata, ada halaman dengan gambaran tawa puas dan coretan naskah yang belum tuntas. Semua adalah hikmah yang sangat berharga dan guru terbaik yang tak pernah memberiku nilai di atas kertas.

Selamat datang fajar 2026. Aku siap menyambutmu dengan rasa syukur.  Sehatlah ragaku, kuatlah jiwaku, bahagialah keluargaku. "Aku, Ibu dari Radeva, Istri dari Putu Sara, Guru bagi anak-anak gen Z, dan Putri bagi Pertiwi, siap menulis kisah baru. Semoga untaian kata tertulis indah di halaman buku 2026."