Jejak Renung di Penutup tahun 2025
Tanggal terakhir di bulan Desember,
aku tutup layar laptop dengan tarikan napas yang mengalun pelan. Layar ini
seolah menutup satu bab dalam lembaran perjalanan selama setahun. Aku menolak
berlabel ‘guru yang usang’ di tengah perlawanan yang sengit dalam melawan arus
zaman.
Setiap hari aku berada di panggung
Gen Z. Dengan keyakinan dan integritas yang tinggi, aku merambat peran ke ruang
logika mereka yang terbalut algoritme, yang dunianya berputar secepat scroll
di layar TikTok ataupun Instagram. Meskipun penat menyambar dalam varian
aplikasi dan web, tercengkram kepuasan batin yang seketika menyebar dalam hati
ini tatkala melihat pijar menyala terang di mata para tunas bangsa.
Di celah riuh kelas, aku luangkan
waktu untuk menjalin aksara faktual maupun metaforis. Ini caraku menjernihkan
atmosfir, menuangkan buah pikiran dalam tulisan pena. Beragam gelanggang
kucicipi meski panggung kemenangan masih jauh di awan. Namun, kolaborasi yang
apik antara tangan dan ruang nalar tetap terjaga.
Menjelang senja oufit kedinasan
kutanggalkan dan siap merajut waktu dalam semesta kecilku bernama keluarga. Di sinilah
denyut demi denyut dunia kuarungi. Segalanya luruh tatkala peranku berganti
menjadi ‘ibu’ dan ‘istri’.
Memang ragaku ini terlihat satu, tapi
dalam jiwa ini bersemayan 3 napas kehidupan. Aku, Radeva putraku dan putu Sara
suamiku. Kami adalah trinitas dalam benang cinta. Satu sakit, semua merasa nyeri
di dada. Satu tertawa dan ketiganya pun berbinar dengan bibir yang bebas melepaskan
canda.
Aku hanya ingin jiwa dan raga semesta
kecilku selalu selaras dengan tubuh yang selalu berdamai. Aku paham bahwa harta
termahal dan susah dipertahankan adalah kesehatan. Saat sakit menjejaki, udara
serasa pengap seketika dan detak jantung keluargaku mulai berdebar kencang.
Tatkala dewasa ayu tertanggal dalam
kalender Bali, aku kembali berganti peran. Tenggelam dalam persiapan upacara
dan kebaya pun menanti untuk dipakai. Ketika sanak saudara memanggilku dalam
tradisi suka duka ‘menyame braye’, aku pun kembali menanggalkan seragam
formalku dan hadir dalam kepedulian dan empati. Aku tetap berdiri kuat dan profesional
tanpa meninggalkan akar budaya dan tradisi.
Lelah? Jawabnya tentu. Tapi itulah
seni keseimbangan di mana aku menari di panggung yang berbeda dan dituntut
untuk selalu totalitas sebagai wanita karir, penjaga keluarga dan pewaris tradisi.
Lembar terakhir di buku tahun 2025
aku tutup perlahan, meninggalkan deretan cerita dan kenangan. Tak terasa ada
tetesan air mata jatuh tanpa kusadari. Ada halaman yang basah oleh air mata, ada
halaman dengan gambaran tawa puas dan coretan naskah yang belum tuntas. Semua
adalah hikmah yang sangat berharga dan guru terbaik yang tak pernah memberiku
nilai di atas kertas.
Selamat datang fajar 2026.
Aku siap menyambutmu dengan rasa syukur. Sehatlah ragaku, kuatlah jiwaku, bahagialah
keluargaku. "Aku, Ibu dari Radeva, Istri dari Putu Sara, Guru bagi
anak-anak gen Z, dan Putri bagi Pertiwi, siap menulis kisah baru. Semoga untaian
kata tertulis indah di halaman buku 2026."
