Senin, 01 Januari 2024

Sebuah Kisah di Awal dan di Penghujung Tahun 2023.

 

Seberkas Sinar di Hamparan Bunga-Bunga yang Tak Berseri. 

Sebuah kisah di awal dan di penghujung tahun 2023.



Kisah ini berawal di akhir tahun 2022 saat pergantian tahun yang secara populer dirayakan dengan penuh hingar bingar di setiap sudut tempat untuk menyambut matahari tahun  baru yakni 2023. Malam itu, di rumah keluarga kecilku tinggal, keceriaan tahun baru bersinar. Di langit malam yang cerah, bulan dan bintang-bintang bersinar seakan-akan memancarkan karunia yang indah. 



Ditemani oleh gemerlap lampu hiasan, letupan dan kilatan kembang api tahun baru, aku merenung sambil memandangi langit malam. Suamiku dan anak semata wayangku, Radeva, bersiap-siap untuk merayakan pergantian tahun di depan rumah. Kala itu, di tengah gemerlap malam tahun baru, di saat detik-detik pergantian tahun, aku menutup mata dan memanjatkan doa dan harapan yang tulus, "Tuhan, terima kasih atas semua anugerah dan pencapaian yang telah Engkau berikan selama tahun ini. Kini, di penghujung tahun, aku berdoa dan berharap agar keluargaku selalu diberkati dengan kesehatan, kebahagiaan, dan keberlimpahan. Semoga tahun yang akan datang membawa kebahagiaan baru bagi kami. Jadikan tahun 2023 sebagai lembaran baru yang penuh makna dan keceriaan bagi kami semua."




Aku membayangkan perjalanan hidupku dan keluarga kecilku dalam tahun yang akan datang, penuh dengan tawa, canda, dan pencapaian baru. Kembang api yang menari di langit yang cerah menjadi saksi bisu dari doa-doa dan harapan-harapan yang tersemat di hatiku dan keluargaku.

Mulailah lembaran hidupku di bulan Januari tahun 2023. Aku menjalani rutinitas seperti biasa sebagai seorang pendidik di SMA Negeri 1 Kubu. Tidak hanya doa dan harapan yang tulus untuk keluargaku tetapi juga untuk karirku sebagai guru yang selalu ingin belajar mengembangkan diri sebagai bekal menjalani profesiku. Aku ingin yang terbaik dalam memberikan layanan pendidikan untuk anak-anak didikku melalui kreativitas dan inovasi yang sesuai dengan perkembangan kodrat alam dan kodrat jaman mereka. Aku berharap di tahun 2023 ini, aku bisa berkarya dan berinovasi sebagai bagian dari gerakan tranformasi pendidikan di negeri tercinta ini. 



Hidupku pun berjalan di awal tahun seperti biasa. Akan tetapi, di pertengahan bulan Januari hal mengejutkan tak terduga menghampiri keluargaku. Kala itu, kami bertiga pulang dari acara keluarga di Buleleng. Radeva, sang buah hati yang ceria, mendadak demam setelah pulang dari Buleleng. Awalnya dianggap sebagai demam biasa, namun suhu tubuh Radeva yang tidak kunjung normal membuat aku dan suamiku cemas. Akhirnya aku bawa anakku ke dokter dan tiada kukira Radeva harus dirawat inap di rumah sakit. Oh, My God...!! Sebuah pukulan yang mengejutkan di awal tahun, buah hati kami tiba-tiba demam dan harus dirawat di rumah sakit. 

Aku dan suamiku sangat bersedih terutama saat melihat Radeva harus mengalami beberapa kali tes darah dan perawatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Wajah kecil Radeva yang lemah dan mata kecilnya yang penuh ketakutan menciptakan bayang-bayang kesedihan yang menghantuinya. Ternyata setelah beberapa hari, dokter menyimpulkan kalau Radeva awalnya kena DB dan selanjutnya menghidap Tipes. Begitu down rasanya ketika menjalani hari-hariku selama semingggu di rumah sakit menunggui kesayangannku tergolek lemah. 


Saat Radeva terbaring sakit, tugas-tugas sekolah terpaksa harus terabaikan. Tanggung jawabku sebagai guru dan pembelajar yang ingin selalu bersemangat menjadi taruhannya. Aku merasa terjebak di antara dua dunia yang saling bertentangan, antara tugas profesional dan peran ibu yang menyentuh hati.
Meski Radeva akhirnya sembuh dan kembali ke sekolah, kejadian itu meninggalkan bekas yang mendalam padaku. Kecemasan akan kesehatan Radeva terus menggelayuti dan Aku merasa diriku selalu dalam cangkang kekhawatiran yang tak terlupakan. Selanjutnya, kehidupan keluarga dan karirku pun kembali berputar. 

Beberapa bulan berlalu, Radeva kembali sakit dengan gejala yang membuat aku dan suamiku cemas. Radeva terlihat muntah-muntah dan harus dibawa ke dokter spesialis. Kehidupan yang seharusnya penuh keceriaan terasa dipenuhi dengan ketidakpastian dan kekhawatiran akan kesehatan anakku. Namun, Aku sebagai seorang ibu yang kuat, harus terus berusaha menjaga semangat keluargaku. Meskipun konflik kesehatan Radeva menguji ketahananku, Aku bersama suamiku tetap saling mendukung dan berusaha memberikan kekuatan dan keyakinan pada Radeva.

Oh, tidaak..!😖😰 Kemudian, sekitar bulan September bisul yang muncul di siku lengan Radeva menjadi babak baru konflik kesehatan Radevaku. Kali ini, rasa sakit yang dialami Radeva lebih intens, membuatnya harus absen selama lebih dari seminggu dari sekolah dan meresahkan. Aku dan suamiku mencoba menjaga kebahagiaan Radeva, tetapi kecemasan tentang kesehatannya terus menyelimuti keluargaku. 

Setelah, Radeva sembuh dari bisulnya dan bisa bersekolah lagi. Aku kembali fokus pada profesiku dan mencoba kembali berdidikasi untuk sekolahku dan di dunia pendidikan. Beberapa karya dan aktivitas berhasil kulakoni sebagai bentuk totalitasku sebagai guru. 

Berselang beberapa bulan, di awal bulan Desember dan akan menuju penghujung tahun 2023, babak baru kehidupanku kembali muncul. Konflik kembali menghampiri tatkala suamiku tiba-tiba jatuh sakit. Awalnya suamiku hanya menderita bisul di bahu kanannya, ternyata akibat dampak alergi pain killer yang diberikan dokter di sebuah klinik di tempat kami tinggal, rasa sakit di sekitar dada dan sesak napas yag hebat tak bisa tertahankan. Dengan segera, suamiku dilarikan ke rumah sakit di Buleleng untuk mendapat penanganan medis yang lebih intensif. 

Tanpa terduga dan membuatku syok berat ketika dokter di rumah sakit tersebut menyatakan jika suamiku memiliki kadar gula yang sangat tinggi. Kadar gula yang melonjak tersebut sudah lumayan lama dalam tubuh suamiku hingga sudah merembet dan mempengaruhi daya kerja organ-organ tubuh lainnya, salah satunya jantung. Dengan raut wajah yang mencoba meyakinkanku, Dokter spesialis penyakit dalam berkata, "Bu, suami ibu sepertinya sudah lama menghidap kadar gula dan terbukti hasil cek lab tentang tes diabet terlihat melampui batas normal. Jadi, langkah pertama yang saya harus ambil yakni saya harus menangani alergi obat di tubuh Bapak. Selanjutnya, saya harus menurunkan kadar gula Bapak dan harus juga tetap berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung." Mulai saat itu, suamiku ditangani dua dokter spesialis dan dirawat intensif di ruang HCU.  

Seketika tubuh dan pikiranku melemas mendengar pernyataan dokter tentang kondisi suamiku. Ya, Tuhan, inikah titik kulminasi hidupku yang kedua setelah aku kehilanagn bayiku 4 tahun silam???😭😭 Bekas luka di hatiku masih tersisa ketika mengingat kepergian bayiku, sekarang cobaan tersebut menghujaniku kembali. Bagaimana aku bisa menguatkan dan menjaga kesabaranku setelah ujian datang bertubi-tubi bak rollercoaster?😰

Aku berpikir mungkin inilah puncak konflik hidupku yang kedua, di mana kebahagiaan yang diharapkannya di sepanjang tahun 2023 berubah menjadi serangkaian ujian yang terus mendera keluargaku. 



Kisah yang kelam ini tidak hanya melibatkan kesehatan anak dan suami tercinta, tetapi juga meruntuhkan pondasi kebahagiaan dan keamanan yang telah lama diupayakan. Dalam cobaan ini, Aku harus menemukan kekuatan dan tekad untuk terus menjalani hidup, menjaga keluargaku, dan mencari secercah harapan di tengah-tengah hamparan bunga yang tampak tak berseri. 

Aku telah dihadapkan pada konflik yang mendalam antara harapan dan kenyataan, kekuatan dan kerapuhan, serta antara tanggung jawab profesi dan komitmen keluarga. Ini memang benar-benar realitas kehidupan yang harus aku jalani. Betapa pun aku berusaha mengupayakan kehidupan yang mulus tanpa tantangan, tapi Aku sadari ternyata semua telah tergariskan oleh-Nya dan Aku hanya bisa menjalaninya dengan penuh kesabaran. Jika aku lulus dalam setiap ujian dan cobaan, aku akan menjadi semakin kuat seperti batu karang yang kuat dan kokoh meskipun hantaman ombak dan gelombang badai di laut lepas. 


Hikmah dari kisahku ini adalah bahwa hidup selalu penuh ujian, dan kadang-kadang cobaan datang bertubi-tubi. Namun, dengan ketabahan, kasih sayang, dan keyakinan, aku dan keluargaku dapat melewati badai dan menemukan sinar di ujung jalan. Meski dihantui kesedihan, kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam kasih sayang dan kebersamaan keluarga. 

Kisahku ini menjadi cerminan bagi keluargaku untuk merenung pada akhir tahun 2023. Meski kehidupan kita terkadang dipenuhi bayangan kesedihan dan tantangan, seperti hamparan bunga yang tampak tak berseri, masih ada seberkas sinar harapan diantaranya. Aku mulai menguatkan keyakinanku untuk tetap teguh dan bersyukur karena setiap peristiwa ada hikmah yang berharga di balik semua itu. 

Dalam keberanian menghadapi ujian hidup, aku dapat menemukan hikmah bahwa cinta dan kebersamaan keluarga adalah penawar terbaik di saat-saat sulit. Terkadang, kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam pencapaian atau kesuksesan semata, melainkan dalam kemampuan kita untuk saling mendukung dan bersama-sama menghadapi liku-liku kehidupan.

Refleksi ini mengajakku untuk membuka lembaran baru di buku kehidupan tahun 2024 dengan hati yang penuh harapan dan keberanian. Melalui setiap tantangan, aku akan terus mencari cahaya di tengah bayangan, menjadikan setiap langkah sebagai pelajaran berharga, dan memperkuat ikatan dengan orang-orang tercinta.  




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar